Senin, 02 Desember 2013

Laporan KKL Cangar



LAPORAN
Studi Lapangan Keanekaragaman Fungi, Lichen, Dan Lumut Di Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar Kota Batu

Dosen Pengampu:
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si

Oleh :
Kelompok I
Jauharotul Jannah                    (12620099)
Fina Syifa’una Musthoza        (12620102)
Riadun Ni’mah                       (12620110)
Lailatul Rofi’ah                       (12620111)
Abdulloh Jadid                       (12620114)


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013

 

 

KATA PENGANTAR

 


Bismillahirramanirrahim.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang dengan anugrah-Nya sempurnalah seluruh kebaikan. Shalawat dan salam semoga selalu terlantunkan untuk sang maha guru kebaikan sekalian manusia, yaitu panutan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni agama Islam.
Laporan KKL ini dapat terwujud atas bantuan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami, sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Ainun Nikmati Laily, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing serta  memberikan saran-saran kepada kami.
2.      Orang tua serta saudara-saudara yang telah memberikan semangat, dorongan, serta bantuan moril maupun materiil hingga terselesaikannya laporan ini.
3.      Pembaca yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca laporan ini.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan KKL ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan sehingga penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Robbal Alamin.





Malang, 21 November 2013

           
    Penulis


DAFTAR ISI

Contents






BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memilki keanekaragaman hayati tertinggi di duniasetelah Brazil. Di Indonesia sekitar 30.000 spesies tumbuhan, jumlahinisamadengan 10% flora dunia. Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman sumber daya tumbuhan, akan tetapi masih banyak yang belum terungkap secara ilmiah, besar kemungkinan bahwa hayati dalam ekosistem hutan initererosi, bahkan terancam punah (Kartawinata, 2010). Sebagaimana Allah SWT dalam Al-qur’an surat Thaahaa: 53 sebagai berikut:
الذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلاَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيْهَا سُبُلاً وَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى            
Artinya: “yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan yang menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”(QS. Thaahaa:53)
Tumbuhan memilki macam tingkatan, dalam Ilmu Biologi yang membahas tentang tingkatan tumbuhan dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat rendah contohnya alga, lumut, lichens, dan jamur. Tumbuhan tingkat rendah banyak dijumpai di hutan, salah satunya hutan yang memilki keanekaragaman tumbuhan tingkat rendah adalah Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar.
Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soeryo di Cangar merupakan salah satu kawasan hutan potensial untuk habitat dari keanekargaman tumbuhan lumut. Topografi TAHURA R. Soeryo secara keseluruhan memilki konfigurasi bervariasi antara datar, berbukit, dan gunung-gunung dengan ketinggian antara 1.000-3.000 meter di atas permukaan laut. TAHURA R.Soeryo termasuk tipe C dan D dengan curah hujan rata-rata 2.500-4.500 mm per tahun menurut klasifikasi iklim Scmiddan Ferguson.Hutan ini juga memiliki kolam air panas dengan suhu 30oC- 40o pertumbuhan lumut didukung dengan habitat yang lembab, sedangkan di daerah air panas habitat lumut di dominasi dengan suhupanas (Prawito, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan tentang lumut, lichens dan jamur. Hal ini dikarenakan agar mahasiswa tidak hanya mengerti lumut, lichens, dan jamur pada tataran konsep saja, akan tetapi lebih memahami pada aplikasinya serta mengetahui langsung hal-hal yang biasa dijelaskan oleh Dosen dan diceritakan oleh buku referensi di dalam kelas terutama dalam hal habitat asli lumut, lichen serta jamur di Taman Hutan Raya R. Soerya Cangar Kabupaten Malang. 

1.2 Tujuan

Tujuan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan ini adalah:

1.      Untuk mengetahui habitat fungi, lichens dan lumut pada habitatnya khususnya Palmeria sulcuta, Polytrichum commune, Ganoderma sp, di Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar.
2.      Untuk mengidentifikasi fungi, lichens dan lumut pada habitatnya khususnya Palmeria sulcuta, Polytrichum commune, Ganoderma sp, di Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Jamur

   Fungi atau Cendawan adalah organisme Heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain (Indah, 2009).
Cendawan saprofit juga penting dalam fermentasi industri, misalnya pembuatan bir, minuman anggur, dan produk anti biotik seperti pinisilin. Peragian adonan dan pemasakan beberapa keju juga tergantung kepada kegiatan cendawan (Indah, 2009)
Beberapa Fungi, meskipun saprofitik, dapat juga menerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan subur disitu sebagai parasit. Sebagai parasit, mereka menimbulkan penyakit pada tumbuhan dan hewan, termasuk manusia (Kimball, 1987).
Cara memperoleh nutrien yang absorptif menjadikan Fungi terspesialisasi sebagai pengurai(saproba), parasit atau simbion-simbion mutualistik. Fungi Saprobik menyerap zat-zat makanan dari bahan organik yang sudah mati, seperti pohon yang sudah tumpang, bangkai hewan, atau buangan organisme hidup. Di dalam proses nutrisi saprobik ini, fungi menguraikan bahan organik tersebut. Fungi Parasitik menyerap zat-zat makanan dari sel-sel inang yang masih hidup. Beberapa jenis fungi parasitik, misalnya seperti spesies tertentu yang menginfeksi paru-paru manusia, bersifat patogenik. Fungi Mutualistik juga menyerap zat makanan dari organisme inang, akan tetapi fungi tersebut membalasnya dengan fungi yang menguntungkan bagi pasangannya dalam hal tertentu, misalnya membantu suatu tumbuhan di dalam proses pengambilan mineral dari tanah (Tjitrosopomo,2009).
Fungi menempati lingkungan yang sangat beraneka ragam dan berasosiasi secara simbiotik dengan banyak oganisme. Meskipun paling sering ditemukan di habitat darat, beberapa fungi hidup di lingkungan akuatik, di mana fungi tersebut berasosiasi dengan organisme laut dan air-tawar serta dengan bangkainya. Lichen, perpaduan simbiotik antara fungi dan alga, banyak terdapat dimana-mana dan ditemukan di beberapa habitat yang sangat tidak bersahabatdi Bumi ini: gunung yang kering dan di Antartika, tundra alpin dan arktik. Fungi simbiotik lainnyahidup di dalam jaringan tumbuhanyang sehat, dan spesies lain membentuk mutualisme-mutualisme pengkonsumsi-selulosa dengan serangga, semut dan rayap (Yurnaliza, 2002).
Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil. Dalam klasfikasi system tiga kingdom, jamur (fungi) dikelompokan sendiri terlepas dari kelompok Plantae (tumbuhan) karena jamur tidak dapat berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa (Campbell, 2000).
Jamur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badanhewan, makanan, di bangun, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran masing-masing di habitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi manusia (Campbell, 2000).

2.1.1 Ciri-ciri jamur

   Organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya mempunyai cirri-ciri umum sebagai berikut (Saptasari, 2002) :
a.    Uniseluler (bersel satu) atau multi seluler (benang-benang halus), tubuhnya terseususn atas hifa (jalinan benang-benang halus).
b.   Eukaryotik (mempunyai membrane inti).
c.    Tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saproftik, parastik, dan simbiosis.
d.   Dinding selnya tersusun atas zat kitin.
e.    Cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen danprotein.
f.    Pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, di mana makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim extraseluler yang dikeluarkan dari hifa jamur.
g.   Memiliki keturunan yang bersifat haplopid lebih singkat.
h.   Reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk zoozpora, endospora, dan konodia. sedanghkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium.

2.1.2 Reproduksi jamur

Bagian terbesar suatu kapang secara potensial mampu untuk tumbuh dan berkembang biak. Inokulasi fragmen yang kecil sekali pada medium sudah cukup untuk memulai individu baru. Hal ini diperoleh dengan menanamkan inokulum pada medium segar dengan bantuan jarum transfer, suatu cara yang serupa dengan yang digunakan untuk bakteri. Bedanya ialah bahwa jarum yang dipakai untuk kapang itu lebih kaku dan ujungnya pipih agar dapat memotong miselium (Muzayyinah, 2005).
Secara alamiah cendawan berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora, dapat pula dengan seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induknya. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan, semua sel anak tumbuh dari penonjolan kecilpada sel inangnya (Muzayyinah, 2005).
Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan spesiesdibentuk dalam jumlah besar. Macam spora aseksual (Tjitrosopomo, 2009):  
a. Konidiospora atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar lagi bersel banyakdinamakan makromonodium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa.
b. Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujung hifa khusus(sporangiosfor). Aplanospora adalah sporangiospora nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora yang motil, motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
c.  Oidium atau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
d. Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap  keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifasomatik.
e.  Blastospora. Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut blastospora.
Spora seksual, yang dihasilkan daripeleburan dua nukleus, terbentuk lebih jarang, lebih kemudian, dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Juga, hanya terbentuk dalam keadaan tertentu. Ada beberapa tipe spora seksual (Tjitrosopomo, 2009):
a.       Askospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
b.      Basidiospora. Sporabersel satu ini terbentuk diatas strukturberbentuk ganda yang dinamakan basidium.
c.       Zigospora. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia, pada beberapa cendawan melebur.
d.      Oospora. Spora ini terbentuk dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium. Pembuahan telur, atau oosfer, oleh gamet jantanyang terbentuk di dalam anteredium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau beberapa oosfer.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh struktur pelindung  yang  sangat terorganisasi yang disebut tubuh buah. Tubuh buah aseksual diantaranya ialah aservulus dan piknidium. Tubuh buah seksual yang umum disebut peritesium dan apotesium (Schelegel, 1994).

2.1.3 Klasifikasi jamur

Berdasarkan Cara reproduksi secara genratif, jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan Deutromycotina (Tjitrosoepomo, 2009).
A.    Zygomucotina
Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina karen dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora. Jmaur Zygomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebihsingkat,reproduksi vegetative dengan membentuk spora, reproduksi generative dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora (Birsyam, 2004).
Perkembangan secara seksual terjadi karena ada 2 macam hifa, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Keduanya bias terdapat pada satu talus atau talus yang berbeda. Anggota kelas Zygomycotina antara lain : Rhizopusoryzae, Rhizopus oligosporus, Rhizopus nigricans, Mucor mucedo, Mucor javanicans, dan Clamydomucor oryzae (Tjitrosoepomo, 2009).

B.     Ascomycotina
Jamur kelompok ini di sebut Ascomycotania, karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askospora. Jamur ini yang termasuk kelas Ascomycotania mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan buah yang disebut askokrap, memiliki inti haploid, memiliki keturunan dipoloid lebih singkat, reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang menghasilkan askospora. Spesies-spesies anggota kelas Ascomycotina ialah sebagai berikut (Indah, 2009):
a.    Sacchormyces cerviciae, jamur unisel yang dapat membelah diri, dapt memfermentasikan gula menjadi alcohol sehingga sering digunakan untuk membuat tape maupun roti.
b.   Sacharomyces ellipsoids, Saccharomyces tuac, Penicillium notatum, Penecillium chrysogenum, Penecillium camemberti, Penecillium requeforti,
c.    Aspergillus wentii, Aspergellus flavus, dan Aspergillus.

C.     Basidiomycotina
Jamur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiofora. Jamur yang termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atus zat kitin,multiseluler, hifa bersekat, dibedakan hifa primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetative dengan membentuk kondiospora, reproduksi generative dengan menghasilkan basidopora (Tjitrosoepomo, 2009).
Spesies-spesies anggota dari kelas Basidiomycotina antara lain sebagaiberikut : Volvoriella volvace (jamur merang), Auricularia polytricha (jamur kuping), Pleurotus (jamur tiram), Amanita phalloides, Amanita Verna, Amanita muscarnia, Amanita caesarnia, Puccinia graminus (jamur api) (Tjitrosoepomo, 2009).

D.    Deuteromycotina
Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti (jamur tidak sempurna) atau deuteromycotina karena belum diketahui cara perkembang biakan seksualnya. Namun demikian, untuk memudahkan dan karena tingkat konidiumnya begitu jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies yang masih dianggapkipun tingkat seksualnya sekarangtelah diketahui dengan baik (Indah, 2009).
Sebagian besar cendawan yang patogen pada manusia adalah Deuteromycetes. Mereka sering kali membentuk spora aseksual beberapa macam di dalam spesies yang sama, sehingga dapat membantu dalam mengidentifikasikannyadi laboratorium (Yurnaliza, 2002).
Jamur yang termasuk kelas Deuteromycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa Primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, Memiliki keturunan diploid lebih singkat, dan reproduksi vegetative dengan membentuk konidiospora (Micahel, 2008).
Contoh spesies dari kelas Deuteromycotina antara lain sebagai berikut (Heddy, 1997)
1)               Microsporium audoini, Trichophyton, dan Epidermophyton penyebab penyakit kurap dan panu.
2)               Epidermophyton floocosum penyebab penyakit kaki atlet.
3)               Scelothium rolfsii penyebab penyakit busuk pada tanaman.
4)               Helmintorosporium oryzae perusak kecambah dan buah.

2.1.4 Hubungan Simbiotik Jamur

Jamur dapat hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk liken (lichens) dan dengan akar tumbuhan tingkat tinggi membentuk mikorhiza (Saptasari, 2002).
a.    Liken (Lichens)
Liken merupakan organisme hasil simbiosis anatar jamur Ascomycotina atau Basidiomycotina dengan ganggang hijau atang ganggang biru-hijau. Bentuk simbiosis tersebut memungkinkan jamur memperoleh makanan dari hasil fotosintesis ganggang, sedangkan ganggang memperoleh air dan mineral dari jamur.
Reproduksi liken tidak dapat dilakukan secara seksual (generative). Liken hanya bereproduksi secara aseksual (Vegetatif) melaui fragmentasi. Pada proses reproduksi tersebut liken melepas fragmen-fragmen kecil yang disebut soredia. Soredia adalh unit reproduksi berupa sel ganggang yang terbungkus dengan hifa jamur. Selanjutnya, soredia (tunggal=soredium) tersebut tersebar dan dapat tumbuh membentuk talus yang baru pada tempat yang sesuai. Beberapa contoh liken adalah sebagai berikut:
1)      Parmelia, hidupnya menempel pada batang pohon, dan berwarna abu-abu.
2)      Graphis, hidupnya menempel pada batang-batang pohon, berbentuk seperti coretan garis kecil-kecil.
3)      Usnea dasifoga (lumut janggut), bentuknya mirip tumbuhan tingkat tinggi dan banyak ditemukan pada pohon di daerah pegunungan. jenis ini dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan.
b.   Mikorhiza
Banyak kehidupan jamur yang memiliki hubungan simbotik dengan akar tumbuhan. Bentuk hubungan simbiotik antara jamur dengan akar tumbuhan tingkat itnggi biasanya disebut mikorhiza. Adapun kelompok jamur yang sering bersimbiosis dengan akar tumbuhan biasanya berasal dari divisi Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basdiomycotina.
Secara umum, mikorhiza dapat dibedakan atas endomikorhiza dan ektonikorhiza. Penamaan demikian dibuat berdasarkan posisi jamur pada akar tumbuhan sebagai berikut:
1)      Endomikorhiza
Pada endomikorhiza, hifa jamur dapat menembus akar samapai kebagian korteks. Misalnya yang terjadi pada tanaman anggrek, sayuran (kol), dan pada berbagai jenis tumbuhan tingkat itnggi. Jamur pada endomikorhiza ini tidak memiliki inang khusus dan dapat hidup sendiri tanpa bersimbiosis.
2)      Ektomikorhiza
Pada ektomikorhiza, hifa jamur tidak sampai menembus kedalam korteks akar, tetapi hanya sampai pada bagian epidermis akar tumbuhan. Dengan adanya ektomikorhiza, akar tumbuhan tidak begitu memerlukan bulu akar. Tumbuhan tersebut dapat memperoleh air dan unsure-unsur hara dari tanah dalm jumlah yang lebih banyak. Jamur yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan (ektomikorhiza) biasanya memiliki tubuh sepert paying atau bulat. Misalnya yang terdapat pada tumbuhan pinus di hutan.

2.1.5 Peranan Jamur dalam Kehidupan

Jamur sangat berperan dalam kehidupan manusia. Sebagian jenis jamur ada yang dapat dimakan sebagai sumber protein, lemak, dan glikogen. Beberapa jenis lainnya dapat dimanfaatkan dalam industry makanan dan minuman dengan melalui proses fermentasi. Di dalam ekosistem, jamur sangat berguna sebagai organisme decomposer (pengurai). jamur bersama bakteri berperan dalam menguraikan sampah organic hingga menjadi bentuk sederhana. Namun, beberapa jenis jamur ada yang dapat menyebabkan penyakit, baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Akibat serangan jamur, tidak sedikit kerugian yang ditimbulkannya terhadap hasil pertanian (Indah, 2009).
1.            Menguntungkan:
a.       Bidang industri makanan dan minuman :
·         Rhizopus oryzae, jamur pada tempe.
·         Saccharomyces cerevisiae, pada tape, alkhohol dan roti.
·         Saccharomyces ovale, pada tape, alkohol dan roti.
·         Saccharomyces sake, jamur pada sake.
·         Aspergillus wentii, pada pembuatan kecap.
·         Aspergillus oryzae, untuk tape.
·         Penicellium camemberti, untuk peembuatan keju.
·         Penicellium roqueforti, untuk pembuatan keju.
·         Volvariela volvacea, jamur merang.

b.      Bidang kedokteran :
·         Penicellium notatum, untuk antibiotic.
·         Penicellium chrysogenum, untuk antibiotic

c.       Bidang pertanian :
·         Jamur membantu mengembalikan kesuburan tanah, sebagai organisme pengurai.

2.   Merugikan:
1.      Pada manusia: Aspergillus nidulans, Aspergillus niger. Keduanya menyebabkan penyakit pada telinga (otomikosis). Deuteromycetes, menyebabkan penyakit kulit (dermatomikosis).
2.      Pada hewan: Aspergillus fumigatus, menyebabkan penyakit paru-paru burung (aspergilosis).
3.      Pada tanaman: Phytophthora infestan, penyakit pada kentang. Phytophthora nicotianae, penyakit pada tembakau. Phytophthora faberi, penyakit pada karet.
3.   Jamur penghasil racun:
·               Aspergillus flavus, penghasil racun oflaktoksin.
·               Amanita phaloides, penghasil racun falin, yang dapat merusak sel darah merah

2.2 Lichenes

2.2.1 Pengertian Lichenes

Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Indah, 2009 ).
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan dua tanaman yang hidup bersama (bersimbiosis), yaitu antara fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang (alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Ganggang membuat makanan untuk jamur. Sebab utama hijau yang dimilikinya memungkinkan ganggang melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara itu, tugas jamur adalah member perlindungan terhadap kekeringan. Lichenes adalah  tanaman yang hebat. Berbeda dari lumut biasa yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bias tumbuh di tempat-tempat yang sulit, tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan juga gunung-gunung yang tinggi (Tjitrosoepomo, 2009).

2.2.2 Morfologi Lichenes

Tubuh  lichenes  dinamakan  thalus  yang  secara  vegetative  mempunyai  kemiripan dengan  alga dan  jamur. Thalus ini  berwarna abu-abu  atau  abu-abu  kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah  dengan  habitat yang bervariasi. Bagian  tubuh yang  memanjang  secara  seluler  dinamakan  hifa. Hifa  merupakan organ vegetative dari thalus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada  pada bagian  permukaan dari  thalus (Hawksworth, 1984).
Apabila lumut kerak disayat tipis kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak adanya jalinan hifa jamur yang teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu yang terdapat di sela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan anatomi lumut kerak dibedakan menjadi tiga lapisan, antara lain :
1.      Lapisan Luar (korteks) : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh.
2.      Lapisan Gonidium : merupakan lapisan yang mengandung ganggang dan menghasilkan makanan dengan berfotosintesis.
3.      Lapisan Empulur : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan (Indah, 2009)
Pada lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substrat atau yang disebut dengan rizoid. Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009):
a)         Krustos, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan tipis. melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya : Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.Lichen krustos yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnyayang berada di permukaan yang biasanya disebut endolitik.
b)         Folios, jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk  mengabsorbsi makanan. Contohnya : Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
c)         Frutikos, jika talus tegak seperti semak atau menggntung seperti jumbai atau pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contohnya : Usnea longissima.
d)  Squalumose, Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contoh : Psorapseudorusselli, Cladonia carneola.
Menurut Yurnaliza (2002) disebutkan struktur morfologi dapat dalam diwakili oleh jenis foliose karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:
a.       Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
b.      Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi. 
c.       Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
d.      Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.

2.2.2 Perkembangbiakan Liches

Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu (Indah, 2009 ) :
A.        Secara Vegetatif
1.   Fragmentasi, adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
2.   Isidia, kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
3.   Soredia, adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.

B.    Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.

2.2.3 Klasifikasi Lichenes

Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli klasifikasitaksonomi seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi. Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya (Indah,2009) :
A.     Ascolichens.
1.      Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
2.      Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam kelas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.

B.     Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili: Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.

C.     Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh: Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.
Berdasarkan alga yang menyusun thalus, lichen dibedakan menjadi (Heddy, 1997) :
A.    Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.

B.     Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia.

2.3 Lumut

Merupakan jenis tumbuhan rendah yang beradaptasi dangan linkungan darat dan mempunyai tingkay perkembangan lebih tinggi dari pada Thalophyta. Pada umumnya tumbuhan lumut menyukai tempat-tempat lembab dan basah di dataran rendah hingga dataran tinggi. Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan klorofil a dan b. lumut bersifat autotrof. Lumut merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus. Lumut dapat beradaptasi untuk tumbuh di tanah, belum mempunyai jaringan pengangkut, sudah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa (Tjitrosoepomo, 2009).
Batang dan daun tegak memiliki susunan berbeda-beda. Batang apabila dilihat secara melintang akan tampak susunan sebagai berikut selapis sel kulit, lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang memanjang untuk mengangkut air dan garam-garam mineral; belum terdapat floem dan xilem. Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong. Rizoid seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap garam-garam mineral (Tjitrosoepomo, 2009).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri dari: vaginula, seta, apofisis, kaliptra, kolumela. Sporofit tumbuh pada gametofit menyerupai daun. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual (Birsyam, 2004).
Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan aseksual melalui pergiliran keturunan atau metagenesis. Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet dalam gametofit. Ada dua macam gametangium yaitu arkegonium (gametangium betina) bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, yang sempit disebut leher dan anteridium (gametangium jantan) berbentuk bulat seperti gada. Jika anteridium dan arkegonium dalam satu individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis). Jika dalam satu individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja tumbuhan lumut disebut berumah dua (diesis) (Birsyam, 2004).
Lumut yang sudah teridentifikasi mempunyai jumlah sekitar 16 ribu spesies dan telah dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu: lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun (Tjitrosoepomo, 2009).
1. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia (Tjitrosoepomo, 2009).

2. Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp (Heddy, 1997).
3. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru. Contoh: Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum (Indah, 2009).

Manfaat lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha untuk mengobati penyakit hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapass, jika Spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah (Campbell, 2000).

















BAB III

METODOLOGI


2.1. Waktu dan tempat

Kuliah Kerja Lapangan (KKL)  yang ditujukan untuk memperdalam mata kuliah taksonomi tumbuhan rendah (TTR) khususnya tentang tumbuhan tingkat rendah meliputi lumut, jamur dan lichen, yang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 16 November 2013 yang dimulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang ditujukan untuk memperdalam mata kuliah taksonomi tumbuhan rendah (TTR) dilaksanakan di daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang yang merupakan tempat pemandian air panas. Yang memiliki kondisi yang masih alami sehingga masih terdapat banyak spesies lumut, jamur dan lichen.

2.2. Alat dan Bahan

2.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam kuliah kerja lapangan (KKL), meliputi:
1. Alat dokumentasi (kamera digital atau handycam)                        1 buah
2. Alat tulis                                                                                         1 buah
3. Penggaris                                                                                         1 buah
4. Cutter (tajam)                                                                                  1 buah            
5. Penggaris besi                                                                                 1 buah
6.    Toples                                                                                                                              3 buah
7. Amplop                                                                                        Secukupnya
8. Kantong plastik                                                                            Secukupnya
9.    Kertas Label                                                                                              Secukupnya

2.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam kuliah kerja lapangan (KKL), meliputi:
1. Buku identifikasi                                                                            3 buah
2. FAA 50 %                                                                                       4 liter
3. Formalin                                                                                          4 liter

2.3. Cara Kerja

Langkah kerja yang dilakukan dalam kuliah kerja lapangan, meliputi:
1.    Dicari lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2.    Didokumentasikan setiap spesies dari lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) yang telah ditemukan.
3.    Diamati ciri morfologi dari masing-masing spesies.
4.    Diidentifikasikan masing-masing dari spesies tersebut.
5.    Diklasifikasikan masing-masing spesies yang telah diidentifikasikan.






















BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Polytrichum commune

4.1.1  Gambar


Gambar pengamatan
Gambar literature


(Huda, 2009)

4.1.2 Klasifikasi

            Klasifikasi Polytrichum commune adalah sebagai berikut (
Kingdom: Plantae
 Divisi: Briophyta      
                        Kelas: Briopsida
                                    Ordo: Polytricales
                                                Famili: Polytrichaceae
                                                            Genus: Polytricum
                                                                        Spesies: Polytricum commune

4.1.3 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, ditemukan spesies Polytricum commune yang memiliki ciri-ciri yaitu ukuran talusnya terlihat lebih besar dari lumut tanduk. Membentuk koloni yang luas dan batangnya tegak sekitar 5 cm. Memiliki rhizoid yang berupa benang-benang seperti akar. Tubuhnya mempunyai struktur yg mirip batang, daun, dan akar, tetapi tidak mempunyai sel atau jaringan dan fungsi seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, Fase dominannya adalah fase gametofit, Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek, dan hidup tergantung pada gametofit, Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan arkegonium yang menghasilkan ovum dan anteridium yang menghasilkan sperma,  Gametofit dibedakan dengan 2 tingkatan, yaitu protonema yg berbntk benang dan gametofora yg berupa tumbuhan lumut, Sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofiksis, kapsul, gigi peristom, dan kaliptra, Spora terdiri 2 lapisan, yaitu endospora dan eksospora, habitatnya pada tempat lembab
Polytricum sp. Ditemukan ditempat yang lembab yaitu didaerah cangar, malang. Dimana daerah ini mempunyai udara dan tempatnya yang lembab. Seperti halnya dijelaskan dalam literatur (tjitrosoepomo, 2012) habitat Polytricum sp. Dapat tumbuh diatas tanah-tanah gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahakn diatas pasir dapat tumbuh. Selanjutnya rumput ini dapat tumbuh antara rumput-rumput, diatas batu-batu cadas, pada batang pohon dan cabang-cabang pohon, dirawa-rawa, tetapi jarang didalam air. Dapat juga ditemukan pada tempat-tempat lembab.
Menurut Birsyam (1992) Polytricum commune memiliki cirri-ciri antara lain Tangkainya tegak, bentuk sporangiumnya bulat lonjong, memiliki kaliptra sebagai ujung yang menutupi sporangium. Kapsul merupakan tangkai yang mendukung arkegonium dan anteredium. Filoid adalah bagian tubuhnya yang menyerupai daun. Sementara rizoid adalah bagian yang berfungsi menyerap zat-zat hara. Memiliki juga sporangium sebagai kotak spora yang merupakan alat perkembangbiakan. Seta adalah pendukung anteredium dan arkegonium.
Secara anatomi pada sisi perut tulang terdapat lamella yang membujur. Organ daunnya terdiri atas beberapa sel. Lumut berkembangbiak dengan spora, Spora tumbuh menjadi Protonema, kemudian menjadi Tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut terbagi menjadi anteridium yang menghasilkan sperma dan akegonoium yang menghasilkan ovum. Peleburan keduanya menghasilkan zigot dan tumbuh menjadi embrio. Embrio terus tumbuh menjadi sporangium dan menghasilkan spora (Mulyanto, 1992).
Alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus seperti pada jungermaniales juga dinamakan periantum.Alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat baik arkogenium dan dinamakn berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteredium terpisah tempatnya. Diantara alat-alat kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut steril itu dinamakan parafisis.

4.2  Jamur 1

4.2.1 Gambar

Gambar pengamatan
Gambar literature




4.2.2  Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi cangar telah ditemukan salah satu dari jamur kayu dengan ciri-ciri bentuknya tidak teratur, melekat pada batang kayu yang telah lapuk dan berada pada tempat yang lembab, warnanya bagian tepi cokelat, semakin ke batang stalk semakin hitam dan kecokelatan, strukturnya kaku, pada permukaannya tidak rata, termasuk jamur basidio dan memiliki bagian-bagian cap dan vulva. Cap: 5-30 cm: pada awalnya tidak teratur menonjol atau memanjang, tetapi dengan jatuh tempo kurang lebih berbentuk kipas, dengan permukaan, mengkilap dipernis sering kasar diatur dalam kental "zona", merah sampai coklat kemerahan saat dewasa, ketika muda sering dengan zona kuning cerah dan putih menuju margin, kadang-kadang dengan tinta kebiruan. Pratikan awalnya menganggap bahwa jamur ini adalah Ganoderma sp. Akan tetapi setelah diamati jamur ini bentuknya tidak bulat sedangkan ciri dari Ganoderma sp. itu bentuknya bulat penuh. Warnanya hampir mirip tetapi permukaan pada Ganoderma sp itu licin sedangkan pada jamur yang ditemukan ini tidak licin. Maka dari itu pratikan sulit untuk menemukan nama spesies dari jamur ini. 
Menurut Setyawan (2000), menyatakan bahwa tubuh buah jamur kayu berbentuk seperti kipas, himenofor membentuk pori-pori, dari luar tampak berlubang-lubang. Sisi dalam lubang-lubang itu dilapisi himenium. Tubuh buah dapat berumur beberapa tahun, setiap kali membentuk lapisan himenofor baru. Umumnya hidup sebagai saprofit.
Manfaat jamur kayu untuk kesehatan dan kebugaran tubuh antara lain memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap gangguan penyakit, menjaga dan mempertahankan  vitalitas tubuh sehingga tetap sehat dan segar, meningkatkan dan memelihara metabolisme di dalam tubuh, memperkuat kerja jantung, memelihara dan meningkatkan gairah seksual, menurunkan kandungan kanker atau tumor  akibat senyawa karsinogen (Suranto, 2002).


4.3  Parmelia sulcata

4.3.1 Gambar

Gambar Pengamatan
Gambar Literatur




4.3.2  Klasifikasi

            Klasifikasi Parmelia adalah sebagai berikut (Suhono, 2012)
Kingdom:  Fungi
            Filum      :Ascomycota
                        Kelas   :Lecanoromycetes
                                    Bangsa :Lecanorales
                                                Suku    :Parmaliaceae
                                                            Marga :Parmelia
                                                                  Jenis: Parmelia sulcata

4.3.3  Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, di ketahui bahwa spesies ini bernama Parmelia sulcata. Setelah di identifikasi, Parmelia sulcata termasuk dalam kingdom fungi dan termasuk dalam jenis lichenes (lumut kerak) yaitu foliose karena memiliki struktur seperti daun. Parmelia sulcata mempunyai bagian-bagian di antaranya talus yang berbentuk seperti lembaran daun yang banyak berlekuk dan berwarna abu-abu kepucatan. Pada saat pengamatan, Parmelia sulcata banyak di temukan menempel pada batang kayu tumbuh-tumbuhan.
            Menurut Suhono (2012) Spesies ini amat peka terhadap polusi udara sehingga umumnya tumbuh di daerah yang bebas polusi, seperti di daerah pegunungan. Jenis ini tidak akan tumbuh baik jika terjadi polusi udara. Keberadaan spesies liken yang tumbuh subur menjadi indikator bahwa daerah itu bebas polusi. Parmelia memiliki bentuk tubuh buah seperti lembaran daun atau foliosa. Lembaran tubuh buah bercabang dan lebar sehingga mirip alat bajak dengan warna kelabu atau kelabu agak kehijauan. Apothesia terdapat diujung tubuh buah. Kata Latin sulcata berarti pembajak atau pembelah, terkait dengan bentuknya mirip alat bajak. Ini merupakan spesies liken yang sering di temukan karena tersebar luas di daerah subtropis dan di daerah pegunungan. Parmelia merupakan liken epifit yang hidup pada batang tumbuhan di daerah pegunungan.
Menurut Birsyam (1992) Parmelia sulcata adalah foliose lumut dengan lobus sempit antara 1-3 mm. Talus lumut ini memiliki garis putih pada permukaan atas talus yang berwarna abu-abu. Pori-pori kulit putih banyak pada permukaan atas yang berkembang menjadi sorediate isidia. Soredia ditemukan di retakan pada tepi permukaan atas dan pada permukaan tepi dekat dengan rhizines squarrose berwarna hitam sampai coklat. Karakteristik Parmelia sulcata yaitu pada tiap lobus ditutupi oleh jaringan garis putih (pseudocyphelles). Umumnya Parmelia sulcata banyak di temukan pada kulit dan pohon konifera gugur dan kadang-kadang pada batuan dan lumut di hutan terbuka pada semua ketinggian. Parmelia sulcata juga dapat tumbuh di bebatuan sepanjang danau. Pada bagian lain dari jangkauan, tumbuh di utara menghadap tebing di dekat danau atau terpapar di pegunungan.
Menurut Soeratman (1999) Parmelia sulcata termasuk dalam kingdom fungi. Genus dari Parmelia sulcata  adalah Paemelia  dan termasuk family Parmelia ceae. Ini adalah jenis lumut yang sangat umum. Sering ditemukan di cabang dan ranting. Hal ini jarang ditemukan di daerah kering dan berbatu. Warna Paermelia sulcata bervariasi, mulai dari abu-aabu pucat sampai abu-abu kehijauan. Thallusnya berbentuk foliose yangdatar dan terdiri dari cabang-cabang yang tumpang tindihyang erat melekat pada kulit. Hulu permukaan berwarna kehijauan abu-abu pucat atau abu-abu ketika kering dan kehijauan abu-abu ketika basah. Bagian punggungnya berwarna putih seperti lipatan dan bagian bawah permukaan berwarna cokelat gelap kehitaman yang ditutupi dengan rhizines.
Lumut kerak (Parmelia sulcata) ini masuk dalam kelas Ascolichenes Karen merupakan simbiosis antara jamur Ascomycota dan chlorophyta. Mikobinya adalah Ascomycetes dan fikobinya adalah Chlorophyta, sel-sel alga yang terbungkus oleh hifa, terdapat pada permukaan talus lichenes, terdapat butir-butir putih di atas permukaan talus. Butir-butir tersebut merupakan aksospora sebagai alat reproduksi secara seksual. Sedangkan untuk reproduksi aseksualnya terdapat soredia, dimana soredia ini mudah terbawa air atau udara sehingga ketika soredia tersebut terbawa air atau udara dan menemukan tempat yang cocok maka akan tumbuh individu baru. Pembelahan aseksualnya terjadi pada medulla melalui soredium. Soredium dan askus ini terdapat di atas misselium (Iqbal, 2008: 69).
Manfaat Parmelia sp. untuk membantu melapukkan batu – batuan , sebagai vegetasi perintis atau tumbuhan pioneer, membantu proses pembuatan tanah, sebagai bioindikator pencemaran udara) (Tjitrosoepomo, 2009).



BAB V

PENUTUP


 

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Habitat Palmeria sulcutaadalah di cabang pohon kayu, Polytrichum communeditemukan di tempat yang lembab, sedangkan Ganoderma sp melekat pada batang yang telah lapuk dan berada di tempat yang lembab pula.
2.      Klasifikasi dari Palmeria sulcuta, Polytrichum commune, Ganodermasp
·         Palmeriasulcuta,
Klasifikasi Parmelia adalah sebagai berikut (Suhono, 2012)
Kingdom:  Fungi
Filum : Ascomycota
                        Kelas  : Lecanoromycetes
                                    Bangsa : Lecanorales
                                                Suku : Parmaliaceae
                                                            Marga : Parmelia
                                                                        Jenis: Parmelia sulcata

·         Polytrichum commune
Klasifikasi Polytrichum commune adalah sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
            Divisi:  Briophyta      
                        Kelas: Briopsida
                                    Ordo: Polytricales
                                                Famili: Polytrichaceae
                                                            Genus: Polytricum
                                                                      Spesies: Polytricum commune

·         Ganodermasp
Klasifikasi Ganoderma adalah sebagai berikut (Berkeley, 2012):
Kerajaan: Fungi
     Division:Basidiomycota
Kelas:Homobasidiomycetes
                        Ordo:Polyporales
                                    Famili:Ganodermataceae
                                                Genus: Ganoderma
                                                            Spesies: Ganoderma sp.


5.2 Saran

      Sebaiknya ketika KKL tepatnya pada saat pengelompokan spesies asisten stand by di samping pratikan. Maaf dan terimakasih.

















DAFTAR PUSTAKA


Birsyam,Inge. 2004. Botani tumbuhan Rendah. Bandung: Biologi FMIP ITB.
      Campbell, Neil A.2000. Campbell Edisi 5. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Edmonson.1972.Freshwater Biology.Mc Graw –Hill Book company.New York Glime,
Hawksworth. 1984. The Lichen-Forming Fungi. Chapman and Hall Publisher.
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Pers.
           Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember: PGRI Jember.
Iqbal, Ali.2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Jakarta: Erlangga
Kartawinata, K. 2010. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia. Bogor: Naturindo
Kimball,  John W. 1987. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Michael, J. Jr Pelczar. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Surakarta: UNS Press.
Saptasari, Murni. 2002. Botani Tumbuhan Rendah: Jamur. Malang: UM Press.
      Schlegel dan Schmidt, 1994. Mikrobiologi Umum Edisi ke Enam. Yogyakarta: UGM Press.
Setyawan, Ahmad Dwi. 2000. Petunjuk Prsktikum Tumbuhan Rendah 1 (cryptogame). Surakarta: UNS
Suhono, B. 2012. Ensiklopedia dunia Tumbuhan runjung dan Jamur. Jakarta: Lentera
      Suranto. 2002 Budidaya Jamur Kayu. Jakarta: Agromedia Pustaka
      Tambunan, B. 1989. Derotasi Kayu Oleh  Fakultas Biology. Bogor: IPB
Tjitrosoepomo, gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Yurnaliza. 2002. Karakteristik Klasifikasi dan Kegunaan Lichenes. Medan : USU.