LAPORAN
Studi Lapangan Keanekaragaman Fungi, Lichen, Dan Lumut Di
Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar
Kota Batu
Dosen Pengampu:
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily,
M.Si
Oleh :
Kelompok
I
Jauharotul Jannah (12620099)
Fina Syifa’una Musthoza (12620102)
Riadun Ni’mah (12620110)
Lailatul Rofi’ah (12620111)
Abdulloh Jadid (12620114)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim.
Segala
puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang dengan anugrah-Nya sempurnalah
seluruh kebaikan. Shalawat dan salam semoga selalu terlantunkan untuk sang maha
guru kebaikan sekalian manusia, yaitu panutan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni
agama Islam.
Laporan
KKL ini dapat terwujud atas bantuan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena
itu kami, sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ainun Nikmati Laily, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu
membimbing serta memberikan saran-saran
kepada kami.
2. Orang tua serta saudara-saudara yang telah memberikan semangat, dorongan,
serta bantuan moril maupun materiil hingga terselesaikannya laporan ini.
3. Pembaca yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca laporan ini.
Penulis
menyadari dalam penulisan laporan KKL ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kekeliruan sehingga penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Akhirnya,
penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Robbal Alamin.
Malang, 21 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
2.1.1 Ciri-ciri jamur
2.1.2 Reproduksi jamur
2.1.3 Klasifikasi jamur
2.1.4 Hubungan Simbiotik Jamur
2.2.3 Perkembangbiakan Liches
2.2.4 Klasifikasi Lichenes
4.1.3 Pembahasan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara
yang memilki keanekaragaman hayati tertinggi di
duniasetelah Brazil. Di Indonesia sekitar 30.000 spesies tumbuhan,
jumlahinisamadengan 10% flora dunia. Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman sumber
daya tumbuhan, akan tetapi masih banyak yang belum terungkap secara ilmiah,
besar kemungkinan bahwa hayati dalam ekosistem hutan initererosi, bahkan terancam
punah (Kartawinata, 2010). Sebagaimana Allah SWT dalam Al-qur’an surat Thaahaa:
53 sebagai berikut:
الذِي جَعَلَ لَكُمُ
اْلاَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيْهَا سُبُلاً وَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ
مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى
Artinya:
“yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan yang
menurunkan dari langit air hujan. Maka kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”(QS. Thaahaa:53)
Tumbuhan memilki macam tingkatan,
dalam Ilmu Biologi yang membahas tentang tingkatan tumbuhan dibagi menjadi dua tingkatan,
yaitu tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat rendah
contohnya alga, lumut, lichens, dan jamur. Tumbuhan tingkat rendah banyak dijumpai
di hutan, salah satunya hutan yang memilki keanekaragaman tumbuhan tingkat rendah
adalah Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar.
Taman Hutan Raya (TAHURA) R.
Soeryo di Cangar merupakan salah satu kawasan hutan potensial untuk
habitat dari keanekargaman tumbuhan lumut. Topografi TAHURA R.
Soeryo secara keseluruhan memilki konfigurasi bervariasi antara datar,
berbukit, dan gunung-gunung dengan ketinggian antara 1.000-3.000 meter di atas permukaan laut. TAHURA
R.Soeryo termasuk tipe C dan D dengan curah hujan
rata-rata
2.500-4.500 mm per tahun menurut klasifikasi iklim Scmiddan
Ferguson.Hutan ini juga memiliki kolam
air panas dengan suhu 30oC- 40o pertumbuhan lumut didukung dengan
habitat yang lembab, sedangkan di daerah air panas habitat lumut di dominasi dengan suhupanas
(Prawito, 2009).
Berdasarkan uraian diatas,
maka perlu dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan tentang lumut,
lichens dan jamur. Hal ini dikarenakan agar mahasiswa tidak hanya mengerti
lumut, lichens, dan jamur pada tataran konsep saja, akan tetapi lebih memahami pada
aplikasinya serta mengetahui langsung hal-hal yang biasa dijelaskan oleh Dosen dan
diceritakan oleh buku referensi di dalam kelas terutama dalam hal habitat asli lumut,
lichen serta jamur di Taman Hutan Raya R. Soerya Cangar Kabupaten Malang.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui habitat fungi, lichens dan lumut pada habitatnya khususnya Palmeria sulcuta,
Polytrichum commune, Ganoderma sp, di Taman Hutan Raya
R. Soeryo Cangar.
2. Untuk
mengidentifikasi fungi, lichens dan
lumut pada habitatnya khususnya Palmeria sulcuta,
Polytrichum commune, Ganoderma sp, di Taman Hutan Raya
R. Soeryo Cangar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur
Fungi atau Cendawan adalah organisme Heterotrofik,
mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari
benda organik mati yang terlarut mereka disebut saprofit. Saprofit
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya
menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan kedalam
tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat
menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita
bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain (Indah, 2009).
Cendawan saprofit juga penting dalam fermentasi
industri, misalnya pembuatan bir, minuman anggur, dan produk anti biotik
seperti pinisilin. Peragian adonan dan pemasakan beberapa keju juga tergantung
kepada kegiatan cendawan (Indah, 2009)
Beberapa Fungi, meskipun saprofitik, dapat juga
menerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan subur disitu sebagai parasit.
Sebagai parasit, mereka menimbulkan penyakit pada tumbuhan dan hewan, termasuk
manusia (Kimball, 1987).
Cara memperoleh nutrien yang absorptif menjadikan
Fungi terspesialisasi sebagai pengurai(saproba), parasit atau simbion-simbion
mutualistik. Fungi Saprobik menyerap zat-zat makanan dari bahan organik yang
sudah mati, seperti pohon yang sudah tumpang, bangkai hewan, atau buangan
organisme hidup. Di dalam proses nutrisi saprobik ini, fungi menguraikan bahan
organik tersebut. Fungi Parasitik menyerap zat-zat makanan dari sel-sel inang
yang masih hidup. Beberapa jenis fungi parasitik, misalnya seperti spesies
tertentu yang menginfeksi paru-paru manusia, bersifat patogenik. Fungi
Mutualistik juga menyerap zat makanan dari organisme inang, akan tetapi fungi
tersebut membalasnya dengan fungi yang menguntungkan bagi pasangannya dalam hal
tertentu, misalnya membantu suatu tumbuhan di dalam proses pengambilan mineral
dari tanah (Tjitrosopomo,2009).
Fungi menempati lingkungan yang sangat beraneka ragam
dan berasosiasi secara simbiotik dengan banyak oganisme. Meskipun paling sering
ditemukan di habitat darat, beberapa fungi hidup di lingkungan akuatik, di mana
fungi tersebut berasosiasi dengan organisme laut dan air-tawar serta dengan
bangkainya. Lichen, perpaduan simbiotik antara fungi dan alga, banyak terdapat
dimana-mana dan ditemukan di beberapa habitat yang sangat tidak bersahabatdi
Bumi ini: gunung yang kering dan di Antartika, tundra alpin dan arktik. Fungi
simbiotik lainnyahidup di dalam jaringan tumbuhanyang sehat, dan spesies lain
membentuk mutualisme-mutualisme pengkonsumsi-selulosa dengan serangga, semut
dan rayap (Yurnaliza, 2002).
Jamur merupakan organisme yang
mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil. Dalam klasfikasi system tiga
kingdom, jamur (fungi) dikelompokan sendiri terlepas dari kelompok Plantae
(tumbuhan) karena jamur tidak dapat berfotosintesis dan dinding selnya bukan
dari selulosa (Campbell, 2000).
Jamur hidup tersebar dan
terdapat ditanah, air vegetasi, badanhewan, makanan, di bangun, bahkan pada
tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu
yang tinggi. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000
jenis jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran masing-masing
di habitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi manusia (Campbell, 2000).
2.1.1 Ciri-ciri jamur
Organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya mempunyai
cirri-ciri umum sebagai berikut (Saptasari, 2002) :
a. Uniseluler (bersel satu) atau multi seluler
(benang-benang halus), tubuhnya terseususn atas hifa (jalinan benang-benang
halus).
b. Eukaryotik (mempunyai membrane inti).
c. Tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotrof, yaitu secara saproftik, parastik, dan simbiosis.
d. Dinding selnya tersusun atas zat kitin.
e. Cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen
danprotein.
f. Pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, di mana makanan sebelum
diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim extraseluler yang dikeluarkan
dari hifa jamur.
g. Memiliki keturunan yang bersifat haplopid lebih singkat.
h. Reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara
aseksual dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara
memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk zoozpora, endospora, dan
konodia. sedanghkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti
betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium.
2.1.2 Reproduksi jamur
Bagian terbesar suatu kapang secara potensial mampu
untuk tumbuh dan berkembang biak. Inokulasi fragmen yang kecil sekali pada
medium sudah cukup untuk memulai individu baru. Hal ini diperoleh dengan
menanamkan inokulum pada medium segar dengan bantuan jarum transfer, suatu cara
yang serupa dengan yang digunakan untuk bakteri. Bedanya ialah bahwa jarum yang
dipakai untuk kapang itu lebih kaku dan ujungnya pipih agar dapat memotong
miselium (Muzayyinah, 2005).
Secara alamiah cendawan berkembang biak dengan berbagai
cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan
spora, dapat pula dengan seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel
induknya. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak
yang serupa. Pada penguncupan, semua sel anak tumbuh dari penonjolan kecilpada
sel inangnya (Muzayyinah, 2005).
Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan
spesiesdibentuk dalam jumlah besar. Macam spora aseksual (Tjitrosopomo, 2009):
a. Konidiospora atau konidium. Konidium
yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar lagi
bersel banyakdinamakan makromonodium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi
suatu hifa.
b. Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang
disebut sporangium di ujung hifa
khusus(sporangiosfor). Aplanospora adalah
sporangiospora nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora yang motil, motilitasnya
disebabkan oleh adanya flagelum.
c. Oidium atau artrospora.
Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
d. Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat
resisten terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel
hifasomatik.
e. Blastospora. Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut
blastospora.
Spora seksual, yang dihasilkan daripeleburan dua
nukleus, terbentuk lebih jarang, lebih kemudian, dan dalam jumlah yang lebih
sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Juga, hanya terbentuk dalam keadaan
tertentu. Ada beberapa tipe spora seksual (Tjitrosopomo, 2009):
a. Askospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan
askus. Biasanya terdapat delapan
askospora di dalam setiap askus.
b. Basidiospora. Sporabersel satu ini terbentuk diatas strukturberbentuk ganda yang
dinamakan basidium.
c. Zigospora. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila
ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia, pada
beberapa cendawan melebur.
d. Oospora. Spora ini terbentuk dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium.
Pembuahan telur, atau oosfer, oleh
gamet jantanyang terbentuk di dalam anteredium
menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau beberapa
oosfer.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh
struktur pelindung yang sangat terorganisasi yang disebut tubuh buah.
Tubuh buah aseksual diantaranya ialah aservulus
dan piknidium. Tubuh buah seksual
yang umum disebut peritesium dan apotesium (Schelegel, 1994).
2.1.3 Klasifikasi jamur
Berdasarkan Cara reproduksi secara genratif, jamur dapat
dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan
Deutromycotina (Tjitrosoepomo, 2009).
A. Zygomucotina
Jamur kelompok ini
namanya Zygomycotina karen dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di
dalam zigospora. Jmaur Zygomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas
zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki
keturunan diploid lebihsingkat,reproduksi vegetative
dengan membentuk spora, reproduksi generative dengan konjugasi yang
menghasilkan zigospora (Birsyam, 2004).
Perkembangan secara seksual
terjadi karena ada 2 macam hifa, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Keduanya bias
terdapat pada satu talus atau talus yang berbeda. Anggota kelas Zygomycotina
antara lain : Rhizopusoryzae, Rhizopus oligosporus, Rhizopus nigricans, Mucor
mucedo, Mucor javanicans, dan Clamydomucor oryzae (Tjitrosoepomo, 2009).
B.
Ascomycotina
Jamur kelompok ini di sebut Ascomycotania, karena
dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askospora. Jamur ini yang termasuk
kelas Ascomycotania mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat
kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan buah yang
disebut askokrap, memiliki inti haploid, memiliki keturunan dipoloid lebih singkat,
reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya
dengan konjugasi yang menghasilkan askospora. Spesies-spesies anggota kelas
Ascomycotina ialah sebagai berikut (Indah, 2009):
a. Sacchormyces cerviciae, jamur unisel yang dapat membelah
diri, dapt memfermentasikan gula menjadi alcohol sehingga sering digunakan
untuk membuat tape maupun roti.
b. Sacharomyces ellipsoids, Saccharomyces tuac,
Penicillium notatum, Penecillium chrysogenum, Penecillium camemberti, Penecillium
requeforti,
c. Aspergillus wentii, Aspergellus flavus, dan
Aspergillus.
C.
Basidiomycotina
Jamur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena dalam reproduksi
generatifnya menghasilkan basidiofora. Jamur yang termasuk kelas
Basidiomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atus zat
kitin,multiseluler, hifa bersekat, dibedakan hifa primer (berinti satu) dan
sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid
lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetative
dengan membentuk kondiospora, reproduksi generative dengan menghasilkan
basidopora (Tjitrosoepomo, 2009).
Spesies-spesies anggota dari
kelas Basidiomycotina antara lain sebagaiberikut : Volvoriella volvace (jamur
merang), Auricularia polytricha (jamur kuping), Pleurotus (jamur tiram),
Amanita phalloides, Amanita Verna, Amanita muscarnia, Amanita caesarnia,
Puccinia graminus (jamur api) (Tjitrosoepomo, 2009).
D.
Deuteromycotina
Jamur kelompok ini disebut
jamur imperfecti (jamur tidak sempurna) atau deuteromycotina karena belum
diketahui cara perkembang biakan seksualnya. Namun demikian, untuk memudahkan dan karena tingkat
konidiumnya begitu jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies yang masih
dianggapkipun tingkat seksualnya sekarangtelah diketahui dengan baik (Indah, 2009).
Sebagian besar cendawan
yang patogen pada manusia adalah Deuteromycetes. Mereka sering kali membentuk
spora aseksual beberapa macam di dalam spesies yang sama, sehingga dapat
membantu dalam mengidentifikasikannyadi laboratorium (Yurnaliza, 2002).
Jamur yang termasuk kelas Deuteromycotina mempunyai cirri-ciri yaitu
dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan
tipe hifa Primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti
haploid, Memiliki keturunan diploid lebih singkat, dan reproduksi vegetative
dengan membentuk konidiospora (Micahel, 2008).
Contoh spesies dari kelas Deuteromycotina antara lain sebagai
berikut (Heddy, 1997):
1)
Microsporium audoini, Trichophyton, dan Epidermophyton
penyebab penyakit kurap dan panu.
2)
Epidermophyton floocosum penyebab penyakit kaki atlet.
3)
Scelothium rolfsii penyebab penyakit busuk pada tanaman.
4)
Helmintorosporium oryzae perusak kecambah dan buah.
2.1.4 Hubungan Simbiotik Jamur
Jamur dapat hidup bersimbiosis
dengan ganggang membentuk liken (lichens)
dan dengan akar tumbuhan tingkat tinggi membentuk mikorhiza (Saptasari, 2002).
a. Liken (Lichens)
Liken merupakan organisme hasil simbiosis anatar jamur Ascomycotina atau Basidiomycotina
dengan ganggang hijau atang ganggang biru-hijau. Bentuk simbiosis tersebut
memungkinkan jamur memperoleh makanan dari hasil fotosintesis ganggang,
sedangkan ganggang memperoleh air dan mineral dari jamur.
Reproduksi liken tidak dapat
dilakukan secara seksual (generative). Liken hanya bereproduksi secara aseksual
(Vegetatif) melaui fragmentasi. Pada proses reproduksi tersebut liken melepas
fragmen-fragmen kecil yang disebut soredia. Soredia adalh unit reproduksi
berupa sel ganggang yang terbungkus dengan hifa jamur. Selanjutnya, soredia
(tunggal=soredium) tersebut tersebar dan dapat tumbuh membentuk talus yang baru
pada tempat yang sesuai. Beberapa contoh liken adalah sebagai berikut:
1) Parmelia, hidupnya menempel pada batang pohon,
dan berwarna abu-abu.
2) Graphis, hidupnya menempel pada batang-batang
pohon, berbentuk seperti coretan garis kecil-kecil.
3) Usnea dasifoga (lumut janggut), bentuknya mirip tumbuhan tingkat tinggi dan
banyak ditemukan pada pohon di daerah pegunungan. jenis ini dapat digunakan
sebagai bahan obat-obatan.
b. Mikorhiza
Banyak kehidupan jamur yang
memiliki hubungan simbotik dengan akar tumbuhan. Bentuk hubungan simbiotik
antara jamur dengan akar tumbuhan tingkat itnggi biasanya disebut mikorhiza.
Adapun kelompok jamur yang sering bersimbiosis dengan akar tumbuhan biasanya
berasal dari divisi Zygomycotina,
Ascomycotina, dan Basdiomycotina.
Secara umum, mikorhiza dapat dibedakan atas endomikorhiza dan
ektonikorhiza. Penamaan demikian dibuat berdasarkan posisi jamur pada akar
tumbuhan sebagai berikut:
1) Endomikorhiza
Pada endomikorhiza, hifa jamur dapat menembus akar samapai kebagian
korteks. Misalnya yang terjadi pada tanaman anggrek, sayuran (kol), dan pada
berbagai jenis tumbuhan tingkat itnggi. Jamur pada endomikorhiza ini tidak
memiliki inang khusus dan dapat hidup sendiri tanpa bersimbiosis.
2) Ektomikorhiza
Pada ektomikorhiza,
hifa jamur tidak sampai menembus kedalam korteks akar, tetapi hanya sampai pada
bagian epidermis akar tumbuhan. Dengan adanya ektomikorhiza, akar tumbuhan tidak begitu memerlukan bulu
akar. Tumbuhan tersebut dapat memperoleh air dan unsure-unsur hara dari tanah
dalm jumlah yang lebih banyak. Jamur yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan
(ektomikorhiza) biasanya memiliki tubuh sepert paying atau bulat. Misalnya yang
terdapat pada tumbuhan pinus di hutan.
2.1.5 Peranan Jamur dalam Kehidupan
Jamur sangat berperan dalam
kehidupan manusia. Sebagian jenis jamur ada yang dapat dimakan sebagai sumber
protein, lemak, dan glikogen. Beberapa jenis lainnya dapat dimanfaatkan dalam
industry makanan dan minuman dengan melalui proses fermentasi. Di dalam
ekosistem, jamur sangat berguna sebagai organisme decomposer (pengurai). jamur
bersama bakteri berperan dalam menguraikan sampah organic hingga menjadi bentuk
sederhana. Namun, beberapa jenis jamur ada yang dapat menyebabkan penyakit,
baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Akibat serangan jamur, tidak sedikit
kerugian yang ditimbulkannya terhadap hasil pertanian (Indah, 2009).
1.
Menguntungkan:
a. Bidang industri makanan dan minuman :
·
Rhizopus oryzae, jamur pada tempe.
·
Saccharomyces cerevisiae, pada tape, alkhohol dan roti.
·
Saccharomyces ovale, pada tape, alkohol dan roti.
·
Saccharomyces sake, jamur pada sake.
·
Aspergillus wentii, pada pembuatan kecap.
·
Aspergillus oryzae, untuk tape.
·
Penicellium camemberti, untuk peembuatan keju.
·
Penicellium roqueforti, untuk pembuatan keju.
·
Volvariela volvacea, jamur merang.
b. Bidang kedokteran :
·
Penicellium notatum, untuk antibiotic.
·
Penicellium chrysogenum, untuk antibiotic
c. Bidang pertanian :
·
Jamur membantu mengembalikan kesuburan tanah, sebagai organisme pengurai.
2. Merugikan:
1. Pada manusia: Aspergillus nidulans, Aspergillus
niger. Keduanya menyebabkan penyakit pada telinga (otomikosis). Deuteromycetes,
menyebabkan penyakit kulit (dermatomikosis).
2. Pada hewan: Aspergillus fumigatus, menyebabkan
penyakit paru-paru burung (aspergilosis).
3. Pada tanaman: Phytophthora infestan, penyakit
pada kentang. Phytophthora nicotianae, penyakit pada tembakau. Phytophthora
faberi, penyakit pada karet.
3. Jamur penghasil racun:
·
Aspergillus flavus, penghasil racun oflaktoksin.
·
Amanita phaloides, penghasil racun falin, yang dapat merusak sel darah
merah
2.2 Lichenes
2.2.1 Pengertian Lichenes
Lumut kerak
merupakan simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina atau
Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel satu
(fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada
bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang
tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes
yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi
tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Indah, 2009 ).
Lichenes
(lumut kerak) merupakan gabungan dua tanaman yang hidup bersama (bersimbiosis),
yaitu antara fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang (alga)
sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Ganggang
membuat makanan untuk jamur. Sebab utama hijau yang dimilikinya memungkinkan
ganggang melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara itu, tugas
jamur adalah member perlindungan terhadap kekeringan. Lichenes adalah tanaman yang hebat. Berbeda dari lumut biasa
yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bias tumbuh di tempat-tempat yang sulit,
tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara epifit pada
pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah terutama di daerah sekitar
kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan juga gunung-gunung yang
tinggi (Tjitrosoepomo, 2009).
2.2.2 Morfologi Lichenes
Tubuh lichenes
dinamakan thalus yang
secara vegetative mempunyai
kemiripan dengan alga dan jamur. Thalus ini berwarna abu-abu atau
abu-abu kehijauan. Beberapa
spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan
habitat yang bervariasi. Bagian
tubuh yang memanjang secara
seluler dinamakan hifa. Hifa
merupakan organ vegetative dari thalus atau miselium yang biasanya tidak
dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada bagian
permukaan dari thalus (Hawksworth,
1984).
Apabila
lumut kerak disayat tipis kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak
adanya jalinan hifa jamur yang teratur dan dilapisan permukaan terdapat
kelompok alga bersel satu yang terdapat di sela-sela jalinan hifa. Secara garis
besar susunan anatomi lumut kerak dibedakan menjadi tiga lapisan, antara lain :
1. Lapisan Luar (korteks) : lapisan yang tersusun atas
sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh.
2. Lapisan Gonidium : merupakan lapisan yang mengandung
ganggang dan menghasilkan makanan dengan berfotosintesis.
3. Lapisan Empulur : lapisan yang tersusun atas sel-sel
jamur yang tidak rapat berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan tempat
terjadinya perkembangbiakan (Indah, 2009)
Pada lumut
kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang
susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk
menempel pada substrat atau yang disebut dengan rizoid. Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak
terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009):
a)
Krustos,
jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan
tipis. melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya
: Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.Lichen
krustos yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnyayang
berada di permukaan yang biasanya disebut endolitik.
b)
Folios,
jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan
seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda.
Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga
berfungsi sebagai alat untuk
mengabsorbsi makanan. Contohnya : Umbillicaria, Parmelia, Xantoria,
Physcia, Peltigera.
c)
Frutikos,
jika talus tegak seperti semak atau menggntung seperti jumbai atau pita.
Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon.
Contohnya : Usnea longissima.
d) Squalumose, Lichen ini memiliki lobus-lobus
seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan
saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
Contoh : Psorapseudorusselli, Cladonia carneola.
Menurut Yurnaliza (2002) disebutkan struktur morfologi dapat dalam diwakili
oleh jenis foliose karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat
diamati secara jelas yaitu:
a. Korteks atas, berupa jalinan yang
padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi
dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk
perlindungan.
b. Daerah alga, merupakan lapisan biru
atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari
jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu
Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat
fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
c. Medulla, terdiri dari lapisan hifa
yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur
pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang
tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang
tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan
tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
d. Korteks bawah, lapisan ini terdiri
dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap
permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini
sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak
mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang
terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.
2.2.2 Perkembangbiakan Liches
Perkembangbiakan
lichenes melalui tiga cara, yaitu (Indah, 2009 ) :
A.
Secara Vegetatif
1. Fragmentasi, adalah perkembangbiakan dengan memisahkan
bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi
individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen.
Pada beberapa fruticose, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke
batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif
dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah
individu.
2. Isidia, kadang-kadang
isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion.
Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
3. Soredia, adalah kelompok kecil sel-sel ganggang
yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan
yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium
tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes
yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
B. Secara
Seksual
Perkembangan
seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang
mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun
tubuh lichenes.
2.2.3 Klasifikasi Lichenes
Lichenes
sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan
fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli klasifikasitaksonomi
seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa
lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya.
Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955)
menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang
berbeda dari alga dan fungi. Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi.
Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya (Indah,2009) :
A. Ascolichens.
1. Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka
tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan
Verrucaria.
2. Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes
membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan
Parmelia.
Dalam kelas Ascolichens ini dibangun juga
oleh komponen alga dari famili: Mycophyceae
dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah
: Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari
Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.
B. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga
Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili: Thelephoraceae, dengan tiga
genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen
yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh: Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon,
Normandia, dll.
Berdasarkan alga yang menyusun thalus, lichen dibedakan
menjadi (Heddy,
1997) :
A. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat
pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk
dalam Mycophyceae.
B. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian
atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak
berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia.
2.3 Lumut
Merupakan jenis tumbuhan rendah yang
beradaptasi dangan linkungan darat dan mempunyai tingkay perkembangan lebih
tinggi dari pada Thalophyta. Pada umumnya tumbuhan lumut menyukai tempat-tempat
lembab dan basah di dataran rendah hingga dataran tinggi. Tumbuhan lumut
berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan
klorofil a dan b. lumut bersifat autotrof. Lumut merupakan tumbuhan peralihan
antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus. Lumut dapat beradaptasi untuk
tumbuh di tanah, belum mempunyai jaringan pengangkut, sudah memiliki dinding
sel yang terdiri dari selulosa (Tjitrosoepomo, 2009).
Batang dan daun tegak memiliki susunan
berbeda-beda. Batang apabila dilihat secara melintang akan tampak susunan
sebagai berikut selapis sel kulit, lapisan kulit dalam (korteks), silinder
pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang memanjang untuk mengangkut air dan
garam-garam mineral; belum terdapat floem dan xilem. Sel-sel daunnya kecil,
sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut
hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel
berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong. Rizoid seperti
benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap
garam-garam mineral (Tjitrosoepomo, 2009).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri
dari: vaginula, seta, apofisis, kaliptra, kolumela. Sporofit tumbuh pada
gametofit menyerupai daun. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian
bawahnya terdapat rizoid yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit tidak
memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk
melakukan reproduksi seksual (Birsyam, 2004).
Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual
dan aseksual melalui pergiliran keturunan atau metagenesis. Reproduksi aseksual
dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan
membentuk gamet-gamet dalam gametofit. Ada dua macam gametangium yaitu
arkegonium (gametangium betina) bentuknya seperti botol dengan bagian lebar
yang disebut perut, yang sempit disebut leher dan anteridium (gametangium
jantan) berbentuk bulat seperti gada. Jika anteridium dan arkegonium dalam satu
individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis). Jika dalam satu
individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja tumbuhan lumut disebut
berumah dua (diesis) (Birsyam, 2004).
Lumut yang sudah teridentifikasi mempunyai
jumlah sekitar 16 ribu spesies dan telah dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu:
lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun (Tjitrosoepomo, 2009).
1.
Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan
tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap
zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif
dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan
dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia (Tjitrosoepomo, 2009).
2.
Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi
sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu
kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi
seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp (Heddy, 1997).
3. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan
kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi
vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan
membentuk lumut baru. Contoh: Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum (Indah, 2009).
Manfaat lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha
untuk mengobati penyakit hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti
kapass, jika Spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga
kelembaban tanah (Campbell, 2000).
BAB III
METODOLOGI
2.1. Waktu dan tempat
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang ditujukan untuk memperdalam mata kuliah
taksonomi tumbuhan rendah (TTR) khususnya tentang tumbuhan tingkat rendah
meliputi lumut, jamur dan lichen, yang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 16
November 2013 yang dimulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) yang ditujukan untuk memperdalam mata kuliah taksonomi tumbuhan
rendah (TTR) dilaksanakan di daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar
Batu Malang yang
merupakan tempat pemandian air panas. Yang memiliki kondisi yang masih alami
sehingga masih terdapat banyak spesies lumut, jamur dan lichen.
2.2. Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
kuliah kerja lapangan (KKL), meliputi:
1. Alat dokumentasi (kamera digital atau handycam) 1 buah
2. Alat tulis 1
buah
3. Penggaris 1 buah
4. Cutter (tajam) 1
buah
5. Penggaris
besi 1
buah
6.
Toples 3 buah
7. Amplop
Secukupnya
8. Kantong plastik Secukupnya
9.
Kertas Label Secukupnya
2.2.2. Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam kuliah kerja lapangan (KKL), meliputi:
1. Buku identifikasi 3
buah
2. FAA 50 % 4
liter
3. Formalin 4
liter
2.3. Cara Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam kuliah kerja
lapangan, meliputi:
1. Dicari lichen, lumut
(bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan
Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2. Didokumentasikan setiap spesies dari
lichen,
lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) yang telah ditemukan.
3. Diamati ciri morfologi dari
masing-masing spesies.
4. Diidentifikasikan masing-masing dari
spesies tersebut.
5. Diklasifikasikan masing-masing
spesies yang telah diidentifikasikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Polytrichum commune
4.1.1 Gambar
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Huda, 2009)
|
4.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi
Polytrichum commune adalah sebagai berikut (
Kingdom: Plantae
Divisi: Briophyta
Kelas:
Briopsida
Ordo:
Polytricales
Famili:
Polytrichaceae
Genus:
Polytricum
Spesies:
Polytricum commune
4.1.3 Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, ditemukan spesies Polytricum commune
yang memiliki ciri-ciri yaitu ukuran talusnya terlihat lebih besar dari lumut tanduk. Membentuk koloni
yang luas dan batangnya tegak sekitar 5 cm. Memiliki rhizoid yang berupa
benang-benang seperti akar. Tubuhnya mempunyai struktur yg
mirip batang, daun, dan akar, tetapi tidak mempunyai sel atau jaringan dan
fungsi seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, Fase dominannya adalah fase
gametofit, Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek, dan hidup
tergantung pada gametofit, Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan
arkegonium yang menghasilkan ovum dan anteridium yang menghasilkan sperma, Gametofit dibedakan dengan 2 tingkatan, yaitu
protonema yg berbntk benang dan gametofora yg berupa tumbuhan lumut,
Sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofiksis, kapsul, gigi peristom, dan
kaliptra, Spora terdiri 2 lapisan, yaitu endospora dan eksospora, habitatnya
pada tempat lembab
Polytricum
sp. Ditemukan ditempat yang lembab yaitu didaerah
cangar, malang. Dimana daerah ini mempunyai udara dan tempatnya yang lembab.
Seperti halnya dijelaskan dalam literatur (tjitrosoepomo, 2012) habitat Polytricum
sp. Dapat tumbuh diatas tanah-tanah gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahakn
diatas pasir dapat tumbuh. Selanjutnya rumput ini dapat tumbuh antara
rumput-rumput, diatas batu-batu cadas, pada batang pohon dan cabang-cabang
pohon, dirawa-rawa, tetapi jarang didalam air. Dapat juga ditemukan pada tempat-tempat
lembab.
Menurut Birsyam (1992) Polytricum
commune memiliki cirri-ciri antara lain Tangkainya tegak, bentuk
sporangiumnya bulat lonjong, memiliki kaliptra sebagai ujung yang menutupi
sporangium. Kapsul merupakan tangkai yang mendukung arkegonium dan anteredium. Filoid adalah bagian tubuhnya yang
menyerupai daun. Sementara rizoid adalah bagian yang berfungsi menyerap zat-zat
hara. Memiliki juga sporangium sebagai kotak spora yang merupakan alat
perkembangbiakan. Seta adalah pendukung anteredium dan arkegonium.
Secara anatomi pada sisi perut tulang terdapat lamella
yang membujur. Organ daunnya terdiri atas beberapa sel. Lumut berkembangbiak dengan spora, Spora tumbuh menjadi Protonema,
kemudian menjadi Tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut terbagi menjadi anteridium yang
menghasilkan sperma dan akegonoium yang menghasilkan ovum. Peleburan keduanya
menghasilkan zigot dan tumbuh menjadi embrio. Embrio terus tumbuh menjadi
sporangium dan menghasilkan spora (Mulyanto, 1992).
Alat-alat
kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan
dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Daun-daun itu
kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus seperti pada
jungermaniales juga dinamakan periantum.Alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat
banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat baik arkogenium dan
dinamakn berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteredium terpisah
tempatnya. Diantara alat-alat kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat
sejumlah rambut-rambut yang terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan
suatu cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut steril itu dinamakan
parafisis.
4.2 Jamur 1
4.2.1 Gambar
Gambar
pengamatan
|
Gambar literature
|
|
|
4.2.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di
lokasi cangar telah ditemukan salah satu dari jamur kayu dengan ciri-ciri
bentuknya tidak teratur, melekat pada batang kayu yang telah lapuk dan berada
pada tempat yang lembab, warnanya bagian tepi cokelat, semakin ke batang stalk
semakin hitam dan kecokelatan, strukturnya kaku, pada permukaannya tidak rata,
termasuk jamur basidio dan memiliki bagian-bagian cap dan vulva. Cap: 5-30 cm:
pada awalnya tidak teratur menonjol atau memanjang, tetapi dengan jatuh tempo
kurang lebih berbentuk kipas, dengan permukaan, mengkilap dipernis sering kasar
diatur dalam kental "zona", merah sampai coklat kemerahan saat
dewasa, ketika muda sering dengan zona kuning cerah dan putih menuju margin,
kadang-kadang dengan tinta kebiruan. Pratikan awalnya menganggap bahwa jamur
ini adalah Ganoderma sp. Akan tetapi setelah diamati jamur ini bentuknya
tidak bulat sedangkan ciri dari Ganoderma sp. itu bentuknya bulat penuh.
Warnanya
hampir mirip tetapi permukaan pada Ganoderma sp itu licin sedangkan pada jamur
yang ditemukan ini tidak licin. Maka dari itu pratikan sulit untuk menemukan
nama spesies dari jamur ini.
Menurut Setyawan (2000), menyatakan
bahwa tubuh buah jamur kayu berbentuk seperti kipas, himenofor membentuk
pori-pori, dari luar tampak berlubang-lubang. Sisi dalam lubang-lubang itu
dilapisi himenium. Tubuh buah dapat berumur beberapa tahun, setiap kali
membentuk lapisan himenofor baru. Umumnya hidup sebagai saprofit.
Manfaat jamur kayu untuk kesehatan
dan kebugaran tubuh antara lain memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap gangguan penyakit, menjaga dan mempertahankan vitalitas tubuh
sehingga tetap sehat dan segar, meningkatkan dan memelihara metabolisme di
dalam tubuh, memperkuat kerja jantung, memelihara dan meningkatkan gairah
seksual, menurunkan kandungan kanker atau tumor akibat senyawa karsinogen
(Suranto, 2002).
4.3 Parmelia sulcata
4.3.1 Gambar
Gambar
Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
|
4.3.2 Klasifikasi
Klasifikasi Parmelia adalah sebagai berikut (Suhono,
2012)
Kingdom: Fungi
Filum
:Ascomycota
Kelas :Lecanoromycetes
Bangsa
:Lecanorales
Suku
:Parmaliaceae
Marga
:Parmelia
Jenis: Parmelia sulcata
4.3.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, di ketahui bahwa spesies ini bernama Parmelia sulcata.
Setelah di identifikasi, Parmelia sulcata termasuk dalam kingdom fungi
dan termasuk dalam jenis lichenes (lumut kerak) yaitu foliose karena memiliki
struktur seperti daun. Parmelia sulcata mempunyai bagian-bagian di
antaranya talus yang berbentuk seperti lembaran daun yang banyak berlekuk dan
berwarna abu-abu kepucatan. Pada saat pengamatan, Parmelia sulcata
banyak di temukan menempel pada batang kayu tumbuh-tumbuhan.
Menurut
Suhono (2012) Spesies ini amat peka terhadap polusi udara sehingga umumnya
tumbuh di daerah yang bebas polusi, seperti di daerah pegunungan. Jenis ini
tidak akan tumbuh baik jika terjadi polusi udara. Keberadaan spesies liken yang
tumbuh subur menjadi indikator bahwa daerah itu bebas polusi.
Parmelia
memiliki bentuk tubuh buah seperti lembaran daun atau foliosa. Lembaran tubuh
buah bercabang dan lebar sehingga mirip alat bajak dengan warna kelabu atau
kelabu agak kehijauan. Apothesia terdapat diujung tubuh buah. Kata
Latin sulcata berarti pembajak atau pembelah, terkait dengan bentuknya mirip
alat bajak. Ini merupakan spesies liken yang sering di temukan karena tersebar
luas di daerah subtropis dan di daerah pegunungan. Parmelia merupakan liken
epifit yang hidup pada batang tumbuhan di daerah pegunungan.
Menurut Birsyam (1992) Parmelia sulcata adalah foliose lumut dengan lobus sempit
antara 1-3 mm. Talus lumut ini memiliki garis putih pada permukaan atas talus
yang berwarna abu-abu. Pori-pori kulit putih banyak pada permukaan atas yang
berkembang menjadi sorediate isidia. Soredia ditemukan di retakan pada tepi
permukaan atas dan pada permukaan tepi dekat dengan rhizines squarrose berwarna
hitam sampai coklat. Karakteristik Parmelia sulcata yaitu pada tiap
lobus ditutupi oleh jaringan garis putih (pseudocyphelles). Umumnya Parmelia
sulcata banyak di temukan pada kulit dan pohon konifera gugur dan
kadang-kadang pada batuan dan lumut di hutan terbuka pada semua ketinggian. Parmelia
sulcata juga dapat tumbuh di bebatuan sepanjang danau. Pada bagian lain
dari jangkauan, tumbuh di utara menghadap tebing di dekat danau atau terpapar
di pegunungan.
Menurut Soeratman (1999) Parmelia sulcata
termasuk dalam kingdom fungi. Genus dari Parmelia sulcata adalah Paemelia
dan termasuk family Parmelia ceae. Ini adalah jenis lumut yang sangat
umum. Sering ditemukan di cabang dan ranting. Hal ini jarang ditemukan di
daerah kering dan berbatu. Warna Paermelia sulcata bervariasi, mulai
dari abu-aabu pucat sampai abu-abu kehijauan. Thallusnya berbentuk foliose
yangdatar dan terdiri dari cabang-cabang yang tumpang tindihyang erat melekat
pada kulit. Hulu permukaan berwarna kehijauan abu-abu pucat atau abu-abu ketika
kering dan kehijauan abu-abu ketika basah. Bagian punggungnya berwarna putih
seperti lipatan dan bagian bawah permukaan berwarna cokelat gelap kehitaman
yang ditutupi dengan rhizines.
Lumut kerak (Parmelia sulcata)
ini masuk dalam kelas Ascolichenes Karen merupakan simbiosis antara jamur
Ascomycota dan chlorophyta. Mikobinya adalah Ascomycetes dan fikobinya adalah
Chlorophyta, sel-sel alga yang terbungkus oleh hifa, terdapat pada permukaan talus
lichenes, terdapat butir-butir putih di atas permukaan talus. Butir-butir
tersebut merupakan aksospora sebagai alat reproduksi secara seksual. Sedangkan
untuk reproduksi aseksualnya terdapat soredia, dimana soredia ini mudah terbawa
air atau udara sehingga ketika soredia tersebut terbawa air atau udara dan
menemukan tempat yang cocok maka akan tumbuh individu baru. Pembelahan
aseksualnya terjadi pada medulla melalui soredium. Soredium dan askus ini
terdapat di atas misselium (Iqbal, 2008: 69).
Manfaat Parmelia
sp. untuk membantu melapukkan batu – batuan , sebagai vegetasi perintis
atau tumbuhan pioneer, membantu proses pembuatan tanah, sebagai bioindikator
pencemaran udara) (Tjitrosoepomo, 2009).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Habitat Palmeria sulcutaadalah
di cabang pohon kayu, Polytrichum communeditemukan di tempat yang lembab,
sedangkan Ganoderma sp melekat pada batang yang telah lapuk dan berada
di tempat yang lembab pula.
2.
Klasifikasi dari Palmeria sulcuta, Polytrichum
commune, Ganodermasp
·
Palmeriasulcuta,
Klasifikasi
Parmelia adalah sebagai berikut (Suhono, 2012)
Kingdom: Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas
: Lecanoromycetes
Bangsa : Lecanorales
Suku : Parmaliaceae
Marga : Parmelia
Jenis: Parmelia
sulcata
·
Polytrichum commune
Klasifikasi Polytrichum
commune adalah sebagai berikut:
Kingdom:
Plantae
Divisi: Briophyta
Kelas:
Briopsida
Ordo:
Polytricales
Famili:
Polytrichaceae
Genus:
Polytricum
Spesies: Polytricum commune
·
Ganodermasp
Klasifikasi Ganoderma adalah sebagai berikut (Berkeley, 2012):
Kerajaan: Fungi
Division:Basidiomycota
Kelas:Homobasidiomycetes
Ordo:Polyporales
Famili:Ganodermataceae
Genus: Ganoderma
Spesies: Ganoderma sp.
5.2 Saran
Sebaiknya ketika KKL tepatnya pada saat pengelompokan spesies asisten
stand by di samping pratikan. Maaf dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Birsyam,Inge. 2004. Botani tumbuhan Rendah. Bandung: Biologi FMIP ITB.
Campbell, Neil A.2000. Campbell Edisi 5. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama.
Edmonson.1972.Freshwater Biology.Mc Graw –Hill Book company.New York Glime,
Hawksworth. 1984. The Lichen-Forming Fungi. Chapman
and Hall Publisher.
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Pers.
Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember: PGRI Jember.
Iqbal,
Ali.2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Jakarta: Erlangga
Kartawinata, K. 2010. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia. Bogor:
Naturindo
Kimball, John W. 1987. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Michael, J. Jr Pelczar. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman
Tumbuhan Tak Berpembuluh. Surakarta: UNS
Press.
Saptasari, Murni. 2002. Botani Tumbuhan Rendah: Jamur.
Malang: UM Press.
Schlegel dan
Schmidt, 1994. Mikrobiologi Umum
Edisi ke Enam. Yogyakarta: UGM Press.
Setyawan, Ahmad Dwi. 2000. Petunjuk
Prsktikum Tumbuhan Rendah 1 (cryptogame). Surakarta: UNS
Suhono, B. 2012. Ensiklopedia dunia Tumbuhan runjung dan Jamur. Jakarta: Lentera
Suranto. 2002 Budidaya
Jamur Kayu. Jakarta: Agromedia Pustaka
Tambunan, B. 1989. Derotasi
Kayu Oleh Fakultas Biology. Bogor:
IPB
Tjitrosoepomo, gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah
Mada University.
Yurnaliza. 2002. Karakteristik
Klasifikasi dan Kegunaan Lichenes. Medan : USU.